Laman

Kamis, 09 Februari 2012

Mencoba Menggunakan GNOME

Selamat datang di Blog Si Buluq.

Kali ini saya akan membahas mengenai pengalaman saya menggunakan lingkungan  desktop GNOME versi 2,30,2 yang didistribusikan oleh Proyek Debian. Komputer yang digunakan adalah sebuah laptop ASUS dengan model K42De versi 1,0. Model laptop yang tertulis pada label di badan laptop sebenarnya adalah model X42De, tetapi sistem membacanya sebagai model K42De. Mesin menggunakan prosesor AMD Phenom II N830 Triple-Core. Memori RAM yang terpasang sebesar 2GB.

Sekarang kita mulai mengulas lingkungan desktop GNOME.

Tampilan desktop GNOME terlihat sederhana dengan dua buah panel di atas dan di bawah. Panel atas digunakan untuk menampung menu dan bagian-bagian informasi seperti informasi baterai, informasi jaringan, dan informasi waktu. Selain itu juga untuk menampung tombol-tombol cepat untuk mengakses aplikasi yang sering digunakan. Sedangkan pada panel bawah digunakan untuk menampung baris aplikasi yang sedang berjalan, tombol untuk menampilkan desktop, dan pemilih ruang kerja. Pada dekstop terdapat ikon-ikon untuk mengakses berkas-berkas pada komputer.

Tampilan desktop GNOME


GNOME menggunakan GTK+ untuk tampilan jendela aplikasinya yang mana sangat menyatu dengan tampilan desktopnya. Jendela aplikasi tersebut terlihat solid sebagai satu kesatuan jendela. Tidak terlihat seperti suatu aplikasi yang terbingkai pada satu jendela. Hal tersebut berlaku bagi semua aplikasi yang menggunakan GTK+ dalam GNOME.

Tampilan manajer berkas pada GNOME


Tampilan menunya menurut saya berbeda dengan lingkungan desktop yang biasa saya gunakan. Jika tombol menu ditekan, maka keluar menu dengan tiga tab aplikasi dan dokumen pada bagian kiri dan tombol sistem serta status pada bagian kanan. Pada tab aplikasi hanya ditampilkan aplikasi favorit. Jika kita ingin menampilkan semua aplikasi maka dapat menekan tombol "Aplikasi lainnya" sehingga semua aplikasi yang terpasang muncul pada satu jendela.

Tampilan menu aplikasi pada GNOME


Tampilan tersebut dapat diubah sesuai selera dengan menerapkan tema sehingga lebih menarik. Dengan menggunakan manajer jendela Compiz maka GNOME terlihat lebih menarik lagi dengan efek-efek yang dibawa oleh Compiz. Kesederhanaan GNOME memang terlihat bagus. Tanpa adanya hal-hal yang terlihat berantakan sehingga memudahkan pengguna dalam memakai sistemnya. Dari beberapa lingkungan desktop yang pernah saya pakai, GNOME terlihat yang paling sederhana dalam hal tampilan.

Ada beberapa hal yang saya tidak suka dari GNOME. GConf yang merupakan pusat dari keselurahan konfigurasi desktop GNOME merupakan salah satu hal yang tidak saya suka. Saya lebih menyukai pengaturan yang berdasar pada berkas teks biasa. GConf bagi saya diibarat sebagai Registry pada sistem Windows. Konfigurasi GNOME juga mengambil alih konfigurasi dari xorg.conf. Yang paling mencolok adalah konfigurasi touchpad. Touchpad tidak lagi menggunakan konfigurasi dari xorg.conf dan konfigurasi touchpad pada GNOME sangatlah tidak semudah dan sedetail dari konfigurasi xorg.conf. Pada GNOME hanya diberikan beberapa konfigurasi yang ditampilkan pada GConf untuk touchpad.

GConf editor


Jadi, GNOME sangat cocok bagi pengguna yang menginginkan kesederhanaan tampilan serta kesederhanaan dalam pengaturan desktopnya. Pengguna dapat langsung menggunakan sistemnya tanpa harus melakukan konfigurasi yang cukup lama. Bagi pengguna yang menginginkan pengaturan yang terpusat dapat menggunakan GConf dimana pengaturan seluruh aspek lingkungan desktop dapat diatur di sini.

Tidak ada komentar: